Selasa, 10 Juni 2014

FRANCISE DAN GLOBALISASI



FRANCHISE: PROSPEK DAN SOLUSI BISNIS ERA GLOBALISASI

           Pada era globalisasi yang segala hal berlangsung sangat cepat seperti sekarang ini, semua orang memiliki impian melakukan lompatan besar dalam hidupnya. Hal ini berlaku dalam segala hal, terutama dalam bidang perekonomian. Tak dapat dipungkiri, keberhasilan seseorang dalam bidang perekonomian memiliki dampak domino terhadap segala bidang lain yang berkaitan dalam kehidupan orang tersebut. Sebagai contoh seseorang yang berhasil secara ekonomi, otomatis berdampak kepada bidang sosialnya, meningkatkan prestos-nya didalam komunitas tertentu, kualitas kehidupan terjamin, dan lain sebagainya.
Namun, dari sekian banyak orang yang memiliki impian yang tinggi tak sedikit yang malah ‘kebingungan’ dengan cara apa dia harus menjemput impian-nya, dan lompatan yang bagaimana yang dia harus lakukan untuk mewujudkan rencana besar dalam hidupnya. Pertanyaan semacam inilah yang seringkali menghambat seseorang berhasil.
             Sebenarnya banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk memulai perubahan besar dalam bidang keuangan. Mulai dari cara- cara yang konvensional dengan melamar pekerjaan di perusahaan yang cukup bonafit yang mampu membayar tenaga kerjanya dengan salary yang fantastis hingga mencoba membuka bisnis sendiri dengan cara- cara yang konvensional pula.
Dari cara pertama yang ada diatas, memang tidak ada salahnya. Karena dari pertama kali dia masuk dan bergabung dalam perusahaan ‘X’ yang mampu memberi salary yang fantastis kepada karyawan-nya, dia langsung mendapat gaji yang cukup besar. Dan juga ada yang memilih menjalankan bisnis dengan cara yang konvensional pula. Memang tidak salah memilih jalan yang demikian, tapi cara ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mewujudkan impian.
              Lalu, solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah membentuk kerja secara tim. Artinya, kita dalam menjalankan bisnis janganlah bekerja sendirian. Dan semua orang yang terlibat dalam bisnis ini haruslah mempunyai rasa memiliki akan bisnis yang dijalankan. Jadi, kita bukanlah merekrut karyawan sebanyak-banyaknya, namun mitra kerja yang seluas- luasnya.
Sebenarnya benyak sekali bisnis berformat demikian, namun pada kesempatan kali ini kami hanya akan membahas mengenai franchise/ waralaba. Waralaba atau franchise adalah Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu (Asosiasi Franchise Indonesia). Sedikitnya ada tiga format franchise yang ada di Indonesia, yang masing- masing memiliki karakteristik tersendiri dalam menjalankan bisnisnya. Ketiga format tersebut adalah:

1. Single Unit Franchise
format ini adalah format yang paling sederhana dan paling banyak digunakan karena kemudahannya. Pewaralaba memberikan hak kepada terwaralaba untuk menjalankan usaha atas nama usahanya, dengan panduan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Terwaralaba hanya diperkenankan untuk menjalankan usahanya pada sebuah cabang/unit yang telah disepakati.

2. Area Franchise
Pada format ini, terwaralaba memperoleh hak untuk menjalankan usahanya dalam sebuah teritori tertentu, misalkan pada sebuah propinsi ataupun kota, dengan jumlah unit usaha/cabang yang lebih dari 1.

3. Master franchise
Format master franchise memberikan hak pada pemegangnya untuk menjalankan usahanya di sebuah teritori ataupun sebuah negara, dan bukan hanya membuka usaha, pemegang hak dapat menjual lisensi kepada sub franchise dengan ketentuan yang telah disepakati.

            Dari ketiga format waralaba diatas, masing- masing memiliki karakterstik sendiri. Namun, format yang terahir merupakan format yang paling menjanjikan bagi franchisor/ pewaralaba dan juga bagi franchisee/ terwaralaba. Bagi pewaralaba tentunya bisnis yang dia bangun akan tumbuh lebih cepat. Sebagai contoh sederhana jika pada tahun pertama dia membuka bisnisnya hanya baru memiliki 10 (sepuluh) pemegang hak,. Dan pada tahun kedua para pemegang hak menjual lisensinya masing- masing kepada sepuluh sub franchise, maka pada tahun kedua saja seorang pewaralaba sudah memiliki seratus cabang usaha. Begitupun seterusnya jika sub franchise menjual lisensinya kembali. Sedangkan untuk para terwaralaba memiliki keuntungan serupa seperti pewaralaba. Hak lisensi yang ia miliki dapat dijual kepada sub franchise.
Selain pendapatan yang diterima dari penjualan barang ataupun jasa yang dijual, perusahaan franchise juga memiliki keuntungan lain berupa biaya awal yang diterima sebagai ongkos pennggunaan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Selain itu pula perusahaan franchise mendapatka keuntungan dari pembayaran royalty dari para franchisee ataupun sub franchise-nya.
seperti layaknya jenis bisnis yang lain, dalam memilih perusahaan franchise yang akan kita tentukan dalam berinfestasi didalamnya ada baiknya kita perhatikan hal- hal berikut ini:

1. Mengenali kekuatan. Bisnis waralaba adalah bisnis yang memerlukan dana yang besar, apalagi bila berniat membeli waralaba asing. Oleh karenanya, sebisa mungkin pertimbangkan dana yang dimiliki saat ini dengan waralaba yang akan dibeli. Usahakan pada saat membeli, jangan melalui broker karena itu pasti akan merugikan.

2. Prospek dan Penerimaan. Biasanya untuk melihat hal ini dilakukan secara bersamaan dengan analisa trend pasar. Untuk melihat apakah jenis waralaba itu berprospek atau tidak adalah membandingkan dengan kompetitor sejenis. Proses membandingkan ini harus dilakukan dengan menggunakan parameter yang sama, misalkan apabila mengukur perusahaan A dari harga, maka usaha yang diliki harus diukur dari harga juga, dan seterusnya.

3. Meneliti Proposal. Untuk mengetahui apakah waralaba tersebut bagus atau tidak adalah dengan melihat ketersediaan rencana bisnis (business plan) dalam bentuk tertulis. Mengapa tertulis? Karena dengan ada perencanaan tertulis tersebut, dapat dikenali secara lebih detail jenis waralaba yang akan kita berinvestasi di dalamnya. Hal ini juga untuk menghindari penipuan dari orang yang menawarkan usaha/bisnis waralaba.

4. Proyeksi Keuntungan. Usahakan pada saat memilih jenis waralaba sebagai bidang investasi lihatlah apakah waralaba tersebut memiliki proyeksi keuntungan besar atau tidak. Apabila tidak besar, maka justru waralaba tersebut akan menjadi ladang yang menguras tenaga dan pikiran dalam jangka wakti panjang. Lalu, jangan terlalu percaya dengan waralaba yang menjanjikan janji-janji pandapat yang wah Karena bisa jadi bukan untung yang Anda dapat malah kerugian yang jumlahnya besar. Lalu bagaimana bisa lebih aman memilih waralaba yang memberi keuntungan? Gunakan saja rumus perhitungan waralaba, GS-E = C (GS = Gross Sales; E=Expense yang dikeluarkan dalam setahun; C=Cash Flow).Pertimbangkan komponen biaya operasional dan pengeluaran lain dalam menentukan nilai expenses.

5. Tenaga Kerja. Dalam suatu usaha selain ketersediaan modal dan peralatan, tenaga kerja adalah hal paling penting. Oleh karena itu, saat memilih waralaba usahakan memilih waralaba yang mempekerjakan sedikit karyawan, tetapi memiliki standard kerja yang baik. Hal ini tentu akan berdampak kepada uang yang akan dikeluarkan untuk membayar gaji/tunjangan karyawan akan lebih berkurang jumlahnya dibanding apabila memiliki karyawan yang banyak.

6. Keuntungan dan Dukungan. Maksudnya adalah apakah pewaralaba dapat memberikan bantuan finansial kepada terwaralaba jika terwaralaba mengalami kesulitan keuangan nantinya. Pewaralaba yang baik akan selalu memberikan pengarahan dan bantuan bagaimana menjalankan bisnis terwaralaba (asistensi) serta memonitor hingga sistemnya berjalan dengan baik. Pastikan bahwa bantuan ini sudah terakomodasi dalam sistem bisnis yang ditawarkan.

7. Lokasi. Pelajari dengan teliti apakah lokasi yang kita inginkan memenuhi kriteria persetujuan pembelian. Pewaralaba yang bagus pasti menyediakan data dan informasi yang akurat terkait kondisi lokasi yang menjadi syarat pembelian. Lokasi yang diisyaratkan biasanya berhubungan dengan luas lokasi, target pasar, proyeksi penjualan yang bisa dicapai, kelancaran transportasi, sarana-sarana pendukung di sekitarnya dan termasuk informasi tentang kompetitor.

8. Kunjungi Kantor. Sebelum memberikan kepastian untuk memilih waralaba yang akan dijadikan bidang investasi, lakukan kunjungan ke kantor pewaralaba terlebih dahulu atau langsung ke pemilik bisnis waralaba tersebut. Mengapa hal ini dianjurkan? Karena dari sini, bisa dilihat apakah pewarala tersebut sungguh-sungguh dan jujur dalam berinvestasi atau tidak. Setelah yakin, jangan langsung tanda tangan surat kerjasama dahulu, sambangi atau datangi kantor terwaralaba yang sudah beroperasi minimal satu atau dua tahun sebelumnya. Dari situ, dapat diperoleh pengalaman dari terwaralaba tentang kesuksesan yang mereka raih dari menjalankan usaha waralaba tersebut.

           Beberapa tahun belakangan, bisnis waralaba di Indonesia ibarat sedang naik daun, hal ini memang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menjanjikan. Dari berbagai factor itulah yang menjadi daya tarik yang membuat waralaba menjadi bisnis yang banyak dilirik.

           Di Indonesia sendiri, perusahaan franchise memiliki tren peningkatan omset yang terus meningkat. Tren peningkatan omset bisnis franchise sedikit terlihat dari tahun 2008, dimana pada tahun tersebut peroleh omset sebesar Rp 81 triliun dan meningkat 18 % pada tahun 2009 menjadi Rp 95 triliun. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan sepanjang tahun 2008-2010 adalah sebesar 19% per tahun.
Majalah Info Franchise mengelompokan perusahaan franchise ke dalam 8 kelompok besar, yaitu F&B (Food & Beverage), Retail Minimarket, Broker Property, Kurir/ekspedisi, Pendidikan, Kecantikan dan Kesehatan, Fashion & Accessories dan Automotive.

                Dari 8 kelompok di atas, yang terbesar market sharenya adalah F&B, yang di tahun 2010 nilainya diperkirakan akan mencapai Rp 42.6 Triliun. Peringkat kedua diraih retail minimarket, dengan Rp 26.5 Triliun, diikuti oleh broker property dengan Rp 19.8 Triliun. Posisi keempat dan kelima diduduki jasa kurir/ekspedisi (Rp 7.9 Triliun) dan pendidikan (Rp 6.4 Triliun).

            Sementara, jika setiap kelompok usaha diurai lagi per kategori usahanya masing-masing, terlihat bahwa nilai bisnis industri terbesar di tahun 2009 diraih oleh industri retail minimarket. Kontribusinya mencapai Rp 21 Triliun (22.2%). Share terbesar kedua di-”coup” oleh broker property, dengan Rp 15 Triliun (15.9%). Posisi ketiga ditempati fast food ayam goreng dengan Rp10.9 Triliun (11.4%), dan keempat adalah kurir/ ekspedisi dengan Rp 6.8 Triliun (7.1%). Peringkat 5-11 dipegang oleh waralaba makanan, mulai dari donut (Rp 5.9 Triliun/ 6.1%), pizza (Rp 3.4 Triliun/ 3.5%), bread & cake (Rp 2.5 Triliun/ 2.6%), coffee shop (Rp 2.5 Triliun/ 2.6%), burger (Rp 2.5 Triliun/ 2.6%), tea (Rp 1.7 Triliun/ 1.8%) dan traditional food (Rp 1.7 Triliun/ 1.8%). Peringkat ke dua belas diraih oleh bimbingan belajar (Rp 1.7 Triliun/ 1.8%), peringkat ketiga belas tour & travel (Rp1.5 Triliun/ 1.6%), keempat belas adalah apotik (Rp 1.3 Triliun/ 1.3%), ice cream (Rp 1.3 Triliun/ 1.3%), kursus bahasa inggris (Rp 1.2 Triliun/ 1.2%) dan bakmi (Rp 1.2 Triliun/ 1.2%). Masing-masing kategori produk lainnya menghasilkan omset kurang Rp 1 Triliun pada tahun 2009 atau kontribusi kurang dari 1% di tahun tersebut.

              Dari riset ini pula didapatkan perbandingan nilai bisnis franchise di tahun 2009, antara franchise asing dan lokal adalah sebesar 38% : 62% atau Rp 36.35 Triliun banding Rp 59.46 Triliun.
Adapun jumlah pekerja yang terlibat dalam industri ini di tahun 2009 adalah sekitar 610 ribu orang atau naik 16.5% dibandingkan FRANCHISE: PROSPEK DAN SOLUSI BISNIS ERA GLOBALISASI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar