Pancasila Sebagai Filsafat
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui
bahwa nilai-nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang
berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.Oleh karena itu, nilai ini diyakini
sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
Sejak
kelahirannya sebagai falsafah nasional modern (1 Juni 1945), Pancasila telah
dinyatakan menjadi milik nasional, artinya milik seluruh bangsa Indonesia.
Sekalipun telah merasa memiliki Pancasila, tetapi belum tentu secara
otomatissudah mengamalkan Pancasila tersebut. Pancasila seharusnya memiliki
tiga syarat , yaitu :
- Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah negara
- Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan Pancasila
- Mempersonifikasikan seluruh sila-sila Pancasila dalam sikap, perilaku budaya dan politik.
A. Dasar-Dasar Ilmiah Pancasila Sebagai
Suatu Kesatuan Sistematis dan Logis
1. Pengertian Filsafat
Secara
etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu cinta akan kebijakan
atau hakikat kebenaran.
Berfilsafat
berarti berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik,
sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk mencari hakikat sesuatu. Menurut
D. Runes, Filsafat berarti ilmu yang paling umumserta mengandung usaha mencari
kebijakan dan cinta akan kebijakan.
Pada
umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu Filsafat
sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada
filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan
sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangn hidup, dan filsafat dalam
arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai funsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi bangsa Indonesia di mana ppun mereka berada.
Sebelum
seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dahulu ia akan
berpikir tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya
dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan itu disebut
nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.
Filsafat
sebagai hasil pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau sistem
nilai, baik berwujud pandangan hidup maupun sebagai ideologi yang dianut suatu
masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dan
terbentuk sebagai suatu nilai melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham,
seperti kapitalisme, komunise, sosialisme, nazisme, fasisme, dan sebagiannya
yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.
B. Pengetahuan Sistem Filsafat
Pemikiran
Filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia sebagai subjek.
Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan
yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar
antara ajaran filsafat. Aliran filsafat terbentuk atas beberapa ajaran filsafat
dari berbagai tokoh dan dari berbagai zaman. Perbedaan aliran bukan ditentukan
oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak iri dan nilai
ajaranya.
Suatu
ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi kehidupan yang
mendasar. Sistem filsafat mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas,
filsafat hidup, dan tata nilai (etika). Sebaliknya, filsafat yang mengjarkan
hanya sebagian kehidupan (sektoral,frakmentaris) tidak dapat disebut sistem
fisafat melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat. Wawasan
Filsafat meliputi bidang-bidang penyeledikian yaitu sebagai berikut :
1. Aspek Ontologi
Ontologi
menurut Runes ialah teori tentang keberadaan ada atau eksistensi. Menurut
Aristoteles, Ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan
disamakan artinya dengan metafisika.
Pada
awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti hakikat sesuatu yang ada di
sekitarnya, yaotu alam dan kehidupan. Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan
tentang makna keberadaan (ada eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta.
Artinya, ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib, seperti rohani dan
kehidupan sesudah kematian (alam di balik dunia, alam metefisika). Jadi,
ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan
keberadaan).
2. Aspek Epistemologi.
Epistemologi
menurut Runes adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi
meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan. Jadi
Epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu
pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk
semantik, logika, matematika, dan teori ilmu.
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi
menurut Runes berasal dari istilah Yunani, yaitu axios yang berarti nilai,
manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam pengertian modern, aksiologi disamakan
dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik,
bidang yang menyelidiki hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu
nilai.
Menurut
Prof. Brameld, aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang
menyelidiki :
- Tingkah laku molar yang berwujud etika
- Ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan, serta
- Sosio-politik yang berwujud ideologi
Dengan demikian, aksiologi
merupakan bidang yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenios nilai, tingkatan
nilai, dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.
C. Pengertian Sistem Filsafat dan Unsur-Unsur Sistem Filsafat
Apabila kita berbicara tentang filsafat, ada dua
hal yang patut diperhatika , filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu
pandangan. Kedua nya berguna bagi ideologi Pancasila. Filsafat metode
menunjukan cara berfikir dan cara mengadakan analisa yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan Pancasila
sebagai filsafat mengandung pandangan,, nilai dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa , dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh
Sumber :
Pandji Setijo. Pendidikan
Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Penerbit Grasindo
http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar