Rabu, 15 Oktober 2014

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT



Pancasila Sebagai Filsafat
        Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
            Sejak kelahirannya sebagai falsafah nasional modern (1 Juni 1945), Pancasila telah dinyatakan menjadi milik nasional, artinya milik seluruh bangsa Indonesia. Sekalipun telah merasa memiliki Pancasila, tetapi belum tentu secara otomatissudah mengamalkan Pancasila tersebut. Pancasila seharusnya memiliki tiga syarat , yaitu :
  1. Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah negara
  2. Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan Pancasila
  3. Mempersonifikasikan seluruh sila-sila Pancasila dalam sikap, perilaku budaya dan politik.

A. Dasar-Dasar Ilmiah Pancasila Sebagai Suatu Kesatuan Sistematis dan Logis
1. Pengertian Filsafat
            Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran.
            Berfilsafat berarti berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk mencari hakikat sesuatu. Menurut D. Runes, Filsafat berarti ilmu yang paling umumserta mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan.
            Pada umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu Filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
          Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangn hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai funsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia di mana ppun mereka berada.
            Sebelum seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dahulu ia akan berpikir tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan itu disebut nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.
            Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dan terbentuk sebagai suatu nilai melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham, seperti kapitalisme, komunise, sosialisme, nazisme, fasisme, dan sebagiannya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.

B. Pengetahuan Sistem Filsafat
            Pemikiran Filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia sebagai subjek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antara ajaran filsafat. Aliran filsafat terbentuk atas beberapa ajaran filsafat dari berbagai tokoh dan dari berbagai zaman. Perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak iri dan nilai ajaranya.
            Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi kehidupan yang mendasar. Sistem filsafat mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika). Sebaliknya, filsafat yang mengjarkan hanya sebagian kehidupan (sektoral,frakmentaris) tidak dapat disebut sistem fisafat melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat. Wawasan Filsafat meliputi bidang-bidang penyeledikian yaitu sebagai berikut :
1. Aspek Ontologi
            Ontologi menurut Runes ialah teori tentang keberadaan ada atau eksistensi. Menurut Aristoteles, Ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
            Pada awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti hakikat sesuatu yang ada di sekitarnya, yaotu alam dan kehidupan. Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta. Artinya, ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib, seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam di balik dunia, alam metefisika). Jadi, ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan).

2. Aspek Epistemologi.
            Epistemologi menurut Runes adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
            Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan. Jadi Epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika, dan teori ilmu.

3. Aspek Aksiologi
            Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah Yunani, yaitu axios yang berarti nilai, manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam pengertian modern, aksiologi disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik, bidang yang menyelidiki hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
            Menurut Prof. Brameld, aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang menyelidiki :
  1. Tingkah laku molar yang berwujud etika
  2. Ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan, serta
  3. Sosio-politik yang berwujud ideologi
Dengan demikian, aksiologi merupakan bidang yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenios nilai, tingkatan nilai, dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.

C. Pengertian Sistem Filsafat dan Unsur-Unsur Sistem Filsafat
          Apabila kita berbicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatika , filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Kedua nya berguna bagi ideologi Pancasila. Filsafat metode menunjukan cara berfikir dan cara mengadakan analisa yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan,, nilai dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
            Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa , dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh

Sumber :  

Pandji Setijo. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Penerbit    Grasindo
http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar