Minggu, 19 Oktober 2014

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT



Pancasila Sebagai Filsafat
        Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.

A. Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
  • Pengertian Filsafat
            Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran.
            Berfilsafat berarti berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk mencari hakikat sesuatu. Menurut D. Runes, Filsafat berarti ilmu yang paling umumserta mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan.
            Pada umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu Filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
            Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangn hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai funsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia di mana ppun mereka berada.
            Sebelum seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dahulu ia akan berpikir tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan itu disebut nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.
Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dan terbentuk sebagai suatu nilai melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham, seperti kapitalisme, komunise, sosialisme, nazisme, fasisme, dan sebagiannya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.

  • Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
1. Filsafat sebagai Produk yang mencakup pengertian; Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf dari zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau system filsafat tertentu misalnya: nasionalisme, rasionalisme, hedonisme dan lain sebagainya.

2. Filsafat sebagai suatu jenis Masalah yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang bersumber pada akal manusia.

Filsafat merupakan suatu kumpulan paham yang tidak hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu sistem nilai namun lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan metode tersendiri.

Berikut cabang-cabang filsafat yang pokok :
-          Metafisika yang membahas hal-hal yang dibalik fisis,
-          Epistemologi yang membahas berkaitan dengan persoalan hakikat penegetahuan,
-          Metodologi yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan,
-          Logika yang berkaitan dengan filsafat berpikir yakni rumus, dalil-dalil berpikir yang benar,
-          Etika yang berkaitan dengan tingkah laku,
-          Estetika yang berkaitan dengan hakikat keindahan

B. Perbandingan Filsafat Pancasila Dengan Sistem Filsafat Lainnya di Dunia
1. Filsafat Materialisme
            Filsafat Materialisme mengajarkan, bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk makhluk hidup dan manusi ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi(misalnya benda-benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam yaitu sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.

2. Filsafat Idealisme/Spritualisme
            Filsafat Idealisme atau Spritualisme mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan, karena ada akal budi dan kesadaran rohani. Jadi, hakikat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide dan spirit).

3. Filsafat Realisme
            Filsafat Realisme menggambarkan, bahwa kedua filsafat diatas materialisme dan idealisme yang bertentangan itu, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan, seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka hidup berkembang biak, kemudiantua, akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih dari materi. Karenanya, realitas itu paduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual jiwa, dan rohaniah). Jadi, realisme merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dengan non-materi.

Sumber : 

Pandji Setijo. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Penerbit    Grasindo
http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar