Pancasila Sebagai Filsafat
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui
bahwa nilai-nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang
berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.Oleh karena itu, nilai ini diyakini
sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
A. Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
- Pengertian Filsafat
Secara
etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu cinta akan kebijakan
atau hakikat kebenaran.
Berfilsafat
berarti berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik,
sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk mencari hakikat sesuatu. Menurut
D. Runes, Filsafat berarti ilmu yang paling umumserta mengandung usaha mencari
kebijakan dan cinta akan kebijakan.
Pada
umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu Filsafat
sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada
filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangn hidup,
dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai
funsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia di mana ppun mereka berada.
Sebelum
seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dahulu ia akan
berpikir tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya
dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan itu disebut
nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.
Filsafat sebagai hasil
pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat
atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dan terbentuk
sebagai suatu nilai melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham, seperti
kapitalisme, komunise, sosialisme, nazisme, fasisme, dan sebagiannya yang cukup
mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.
- Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
1. Filsafat sebagai Produk yang mencakup pengertian; Filsafat sebagai jenis
pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf dari zaman
dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau system filsafat tertentu
misalnya: nasionalisme, rasionalisme, hedonisme dan lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis Masalah yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang bersumber pada akal manusia.
Filsafat merupakan suatu
kumpulan paham yang tidak hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu
sistem nilai namun lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses
yang dinamis dengan menggunakan metode tersendiri.
Berikut cabang-cabang filsafat yang pokok
:
-
Metafisika
yang membahas hal-hal yang dibalik fisis,
-
Epistemologi
yang membahas berkaitan dengan persoalan hakikat penegetahuan,
-
Metodologi
yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan,
-
Logika
yang berkaitan dengan filsafat berpikir yakni rumus, dalil-dalil berpikir yang
benar,
-
Etika
yang berkaitan dengan tingkah laku,
-
Estetika
yang berkaitan dengan hakikat keindahan
B. Perbandingan
Filsafat Pancasila Dengan Sistem Filsafat Lainnya di Dunia
1. Filsafat Materialisme
Filsafat
Materialisme mengajarkan, bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk makhluk
hidup dan manusi ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh
materi(misalnya benda-benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam yaitu
sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
2. Filsafat Idealisme/Spritualisme
Filsafat
Idealisme atau Spritualisme mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas
dirinya dan kesemestaan, karena ada akal budi dan kesadaran rohani. Jadi,
hakikat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide dan spirit).
3. Filsafat Realisme
Filsafat
Realisme menggambarkan, bahwa kedua filsafat diatas materialisme dan idealisme
yang bertentangan itu, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya,
realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata.
Kehidupan, seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka
hidup berkembang biak, kemudiantua, akhirnya mati. Pastilah realitas demikian
lebih dari materi. Karenanya, realitas itu paduan benda (materi dan jasmaniah)
dengan yang non materi (spiritual jiwa, dan rohaniah). Jadi, realisme merupakan
sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dengan non-materi.
Sumber :
Pandji Setijo. Pendidikan
Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Penerbit Grasindo
http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar